Kamis, 21 November 2019

KH. Fasihuddin Ahmad tentang penghormatan salam kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya dalam tasyahud akhir.



KH. Fashihuddin Ahmad
Pada kesempatan kali ini kita bertemu dengan fasal yang menjelaskan tentang sholawat kepada nabi agung Muhammad SAW dalam kitab TAFSIR AYATUL AHKAM shohifah 269. Sebagaimana kita tahu bahwa faedah dari sholawat diantaranya bisa menjadi sebab dikabulkannya segala hajat, dikabulkannya do’a. Dan dengan sholawat bisa menjadikan hati tenteram, menjernihkan pikiran, tenang dan cerdas, opo maneh kanggo ngapalno juman?? Dan masih banyak faedah-faedah yang lain.

Namun yang ingin saya sampaikan pada malam ini, mengapa Nabi Ibrahim disebut dalam tasyahud akhir? Pertanyaannya, mengapa tidak nabi yang lain? Mengapa hanya Nabi Ibrahim dan keluarganya yang disebut? “Kamaa shollayta ‘ala sayyidina ibroohiim wa ‘ala ali sayyidina ibroohiim”-“kama baarokta ‘ala sayyidina ibroohiim wa’ala ali sayyidina ibroohiim” 

Mungkin alasan pertama yaitu saat peristiwa isra’ mi’raj, satu-satunya Nabi yang mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad SAW ialah Nabi Ibrahim AS. Dan saat kira-kira 2600 tahun yang silam Nabi Ibrahim telah dulu berdo’a, bermunajat didepan Ka’bah bersama keluarganya. Beliau berdo’a : “Ya Allah… barang siapa yang melakukan haji di Baitullah ini, dari golongan orang tua dari umat Muhammad, sampaikan salam dariku untuknya”. Lalu keluarga Nabi Ibrahim pun mengamininya. 

Kemudian Nabi Ishaq berdo’a, : “Ya Allah… barang siapa yang melakukan haji di Baitullah ini, dari golongan orang setengah tua dari umat Muhammad, sampaikan salam dariku untuknya”. Lalu seluruh keluarga mengamininya.

Kemudian Nabi Ismail berdo’a, : “Ya Allah… barang siapa yang melakukan haji di Baitullah ini, dari golongan pemuda dari umat Muhammad, sampaikan salam dariku untuknya”. Lalu seluruh keluarga mengamininya.

Kemudian Sarah berdo’a, : “Ya Allah… barang siapa yang melakukan haji di Baitullah ini, dari golongan perempuan dari umat Muhammad, sampaikan salam dariku untuknya”. Lalu seluruh keluarga mengamininya.

Kemudian Siti Hajar pun berdo’a, : “Ya Allah… barang siapa yang melakukan haji di Baitullah ini, dari golongan budak dari umat Muhammad, sampaikan salam dariku untuknya”. Lalu seluruh keluarga pun mengamininya.

Perlu diketahui bahwa sarah adalah isteri pertama Nabi Ibrahim AS, Ia adalah sosok wanita yang diberi anugerah kecantikan luar biasa dan dicatat sejarah sebagai wanita tercantik pada masanya, maklum saja karena ia keturunan raja mesir. Hanya saja ia belum diberi kesempatan melahirkan keturunan untuk Nabi Ibrahim, kemudian Nabi Ibrahim diperintahkan Allah untuk menikah dengan Siti Hajar. 

Dalam pernikahannya inilah lahir Nabi Ismail AS. Dari keturunan ini pulalah lahirnya orang-orang arab, munculnya umat manusia paling utama di negeri Ummul Quro, Makkah, lahirnya Baginda Agung Nabi Muhammad SAW. Sedangkan Nabi Ishaq adalah Putra kedua dari Nabi Ibrahim dengan Sarah, yang pada akhirnya Allah memberikan kesempatan itu di  masa tuanya, yaitu sekitar umur 100 tahun.

Kesimpulannya bagaimana dari kisah tersebut? Sebagai umat Nabi Muhammad kita harus berterima kasih kepada beliau Nabi Ibrahim AS beserta keluarganya, yang telah berjasa besar, memperhatikan kita, mendoakan kita, sehingga Alhamdulillah ajaran dan syariat Nabi Muhammad masih kita kaji pada malam hari ini.

Oleh karena itu umat islam diperintahkan untuk bersholawat salam kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya, sebagai wujud rasa terimakasih kepada mereka.

Demikianlah kutipan yang pernah disampaikan oleh Al-Marhum KH. Fashihuddin Ahmad, saat mengaji Kitab TAFSIR AYATUL AHKAM. Semoga bermanfaat. Teruntuk beliau KH. Fashihuddin Ahmad lahul faatihah…..





.

Sabtu, 14 Desember 2013

METODE "MBAHYAI JUKI" (Petenge kitab padange ati)


Nasehat jawa mbah juki ini syarat makna. Artinya penuhnya ma’na dalam kitab bisa menerangi hati pembacanya. Sebab manusia itu tempatnya salah dan lupa. Apalagi saat tidak ada kesempatan untuk membuka, menelaah kitab, berminggu, berbulan bahkan tahun karena kesibukan mengurus keluarga, tidak menutup kemungkinan seseorang bisa lupa ma’na yang pernah ia hafal.
Petenge kitab padange ati Adalah sebuah nasehat berharga bagi santri untuk lebih mawasdiri, lebih berhati-hati dalam memaknai kitabnya, karena makna sangat mempengaruhi tingkat kefahaman dalam menelaah kitab. Dengan tahu makna kita akan lebih faham. Dengan faham kita akan mampu memaknai serta menyelami butir-butir didalamnya samudera ilmu.
Oleh karenanya salah satu program yang dilakukan oleh kalangan pondok pesantren adalah koreksian kitab. Seluruh santri wajib menyerahkan kitabnya agar dikoreksi apakah sudah penuh makna kitabnya (tam) atau belum(naqis)?  Dengan adanya peraturan seperti ini, tak heran jika setiap pertengahan maulud dan pasca akhir tahun, utawi iki iku membahana, sahut menyahut di setiap pojok gedung madrasah. Secangkir kopi dan jajanan pondok menemani sepanjang malam.
Budaya nembel akan terasa terkesan bukan hanya bagi santri yang masih mondok, bahkan para alumni pun masih terkenang masa-masa itu. Dengan nembel, menciptakan rasa persaudaraan dan persahabatan antar santri, sebab nembel itu perlu ada yang membacakan, mendikte setiap makna, lalu temannya yang lain memaknai, menulis makna yang kosong. Makna kosong bisa terjadi karena ketidak disiplinan santri atau terkadang karena tertidur saat majlis ilmu berlangsung.
Pengajian Al-hikam
Terciptanya rasa saling bantu membantu ini sesuai dengan firman Allah Azza wa Jalla:
ۘ وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ


Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya [al-Mâidah/5:2]

Secara sederhana, al-birru (الْبِرِّ ) bermakna kebaikan. Kebaikan dalam hal ini adalah kebaikan yang menyeluruh, mencakup segala macam dan ragamnya yang telah dipaparkan oleh syariat. Maka termasuk didalamnya adalah nembel.
Hikmah adanya koreksian kitab, sehingga terjadi budaya nembel diantaranya sebagai berikut : 
  1.  Menumbuhkan rasa persaudaraan dengan terciptanya rasa bantu membantu. 
  2.  Mengajarkan arti disiplin tinggi, agar santri tidak banyak yang perlu mereka tembel. 
  3.  Menggerakkan dan memotivasi santri untuk belajar memaknai kitab dengan baik. 
  4.  Membuka mata hati santri betapa didunia ini masih banyak yang mereka butuhkan untuk di tembel, bukan hanya kitab akan tetapi apapun yang mereka butuhkan, yang belum mereka kuasai.
Petenge kitab padange ati merupakan falsafah abadi yang bisa mengantarkan santri untuk mencapai apa yang mereka cita-citakan, sehingga kelak saat mereka terjun dimasyarakat akan mampu menjelajahi bagaimana berkehidupan yang baik, baik dikehidupan dunia dan baik pula dikehidupan akhirat kelak.

Rabu, 27 November 2013

Sholat Dhuha oleh KH. Idris Marzuqi



KH Ahmad Idris Marzuqi
Sholat Dhuha
Tata caranya, setelah membaca fatihah, membaca surat Asy-Syams (wasy syamsi wa dhuhaha), surat Ad-dhuha (wad dhuha), surat Al-Kafirun (qulya  ayyuhal kafirun). Dibaca satu-satu pada setiap rokaatnya.
Kemudian setelah selesai sholat wirid dengan membaca do’a dibawah ini 100 kali :
رَبِّ اغْفِرْلِيْ وَتُبْ عَلَيَّ اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمِ
Setelah selesai lalu membaca do’a :

اَللهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقَى فِى السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ

“Ya Allah, sesungguhnya waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagunan-Mu, keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan adalah penjagaan-Mu, Ya Allah, apabila rezekiku berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku), datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang soleh”.
Matur suwun mudah-mudahan bermanfaat