Nasehat jawa mbah juki ini syarat
makna. Artinya penuhnya ma’na dalam kitab bisa menerangi hati pembacanya. Sebab
manusia itu tempatnya salah dan lupa. Apalagi saat tidak ada kesempatan untuk
membuka, menelaah kitab, berminggu, berbulan bahkan tahun karena kesibukan
mengurus keluarga, tidak menutup kemungkinan seseorang bisa lupa ma’na yang
pernah ia hafal.
Petenge kitab padange ati
Adalah sebuah nasehat berharga bagi santri untuk lebih mawasdiri, lebih
berhati-hati dalam memaknai kitabnya, karena makna sangat mempengaruhi tingkat
kefahaman dalam menelaah kitab. Dengan tahu makna kita akan lebih faham. Dengan
faham kita akan mampu memaknai serta menyelami butir-butir didalamnya samudera
ilmu.
Oleh karenanya salah satu program
yang dilakukan oleh kalangan pondok pesantren adalah koreksian kitab. Seluruh
santri wajib menyerahkan kitabnya agar dikoreksi apakah sudah penuh makna kitabnya
(tam) atau belum(naqis)? Dengan adanya
peraturan seperti ini, tak heran jika setiap pertengahan maulud dan pasca akhir
tahun, utawi iki iku membahana, sahut menyahut di setiap pojok gedung
madrasah. Secangkir kopi dan jajanan pondok menemani sepanjang malam.
Budaya nembel akan terasa
terkesan bukan hanya bagi santri yang masih mondok, bahkan para alumni pun
masih terkenang masa-masa itu. Dengan nembel, menciptakan rasa
persaudaraan dan persahabatan antar santri, sebab nembel itu perlu ada yang
membacakan, mendikte setiap makna, lalu temannya yang lain memaknai, menulis makna
yang kosong. Makna kosong bisa terjadi karena ketidak disiplinan santri atau
terkadang karena tertidur saat majlis ilmu berlangsung.
Pengajian Al-hikam |
Terciptanya rasa saling bantu membantu ini sesuai
dengan firman Allah Azza wa Jalla:
ۘ وَتَعَاوَنُوا
عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat
siksa-Nya [al-Mâidah/5:2]
Secara sederhana, al-birru (الْبِرِّ
) bermakna kebaikan. Kebaikan dalam hal ini adalah kebaikan yang
menyeluruh, mencakup segala macam dan ragamnya yang telah dipaparkan oleh
syariat. Maka termasuk didalamnya adalah nembel.
Hikmah adanya koreksian kitab,
sehingga terjadi budaya nembel diantaranya sebagai berikut :
- Menumbuhkan rasa persaudaraan dengan terciptanya rasa bantu membantu.
- Mengajarkan arti disiplin tinggi, agar santri tidak banyak yang perlu mereka tembel.
- Menggerakkan dan memotivasi santri untuk belajar memaknai kitab dengan baik.
- Membuka mata hati santri betapa didunia ini masih banyak yang mereka butuhkan untuk di tembel, bukan hanya kitab akan tetapi apapun yang mereka butuhkan, yang belum mereka kuasai.
Petenge kitab padange ati merupakan
falsafah abadi yang bisa mengantarkan santri untuk mencapai apa yang mereka
cita-citakan, sehingga kelak saat mereka terjun dimasyarakat akan mampu menjelajahi
bagaimana berkehidupan yang baik, baik dikehidupan dunia dan baik pula dikehidupan
akhirat kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar