Sabtu, 14 Desember 2013

METODE "MBAHYAI JUKI" (Petenge kitab padange ati)


Nasehat jawa mbah juki ini syarat makna. Artinya penuhnya ma’na dalam kitab bisa menerangi hati pembacanya. Sebab manusia itu tempatnya salah dan lupa. Apalagi saat tidak ada kesempatan untuk membuka, menelaah kitab, berminggu, berbulan bahkan tahun karena kesibukan mengurus keluarga, tidak menutup kemungkinan seseorang bisa lupa ma’na yang pernah ia hafal.
Petenge kitab padange ati Adalah sebuah nasehat berharga bagi santri untuk lebih mawasdiri, lebih berhati-hati dalam memaknai kitabnya, karena makna sangat mempengaruhi tingkat kefahaman dalam menelaah kitab. Dengan tahu makna kita akan lebih faham. Dengan faham kita akan mampu memaknai serta menyelami butir-butir didalamnya samudera ilmu.
Oleh karenanya salah satu program yang dilakukan oleh kalangan pondok pesantren adalah koreksian kitab. Seluruh santri wajib menyerahkan kitabnya agar dikoreksi apakah sudah penuh makna kitabnya (tam) atau belum(naqis)?  Dengan adanya peraturan seperti ini, tak heran jika setiap pertengahan maulud dan pasca akhir tahun, utawi iki iku membahana, sahut menyahut di setiap pojok gedung madrasah. Secangkir kopi dan jajanan pondok menemani sepanjang malam.
Budaya nembel akan terasa terkesan bukan hanya bagi santri yang masih mondok, bahkan para alumni pun masih terkenang masa-masa itu. Dengan nembel, menciptakan rasa persaudaraan dan persahabatan antar santri, sebab nembel itu perlu ada yang membacakan, mendikte setiap makna, lalu temannya yang lain memaknai, menulis makna yang kosong. Makna kosong bisa terjadi karena ketidak disiplinan santri atau terkadang karena tertidur saat majlis ilmu berlangsung.
Pengajian Al-hikam
Terciptanya rasa saling bantu membantu ini sesuai dengan firman Allah Azza wa Jalla:
ۘ وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ


Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya [al-Mâidah/5:2]

Secara sederhana, al-birru (الْبِرِّ ) bermakna kebaikan. Kebaikan dalam hal ini adalah kebaikan yang menyeluruh, mencakup segala macam dan ragamnya yang telah dipaparkan oleh syariat. Maka termasuk didalamnya adalah nembel.
Hikmah adanya koreksian kitab, sehingga terjadi budaya nembel diantaranya sebagai berikut : 
  1.  Menumbuhkan rasa persaudaraan dengan terciptanya rasa bantu membantu. 
  2.  Mengajarkan arti disiplin tinggi, agar santri tidak banyak yang perlu mereka tembel. 
  3.  Menggerakkan dan memotivasi santri untuk belajar memaknai kitab dengan baik. 
  4.  Membuka mata hati santri betapa didunia ini masih banyak yang mereka butuhkan untuk di tembel, bukan hanya kitab akan tetapi apapun yang mereka butuhkan, yang belum mereka kuasai.
Petenge kitab padange ati merupakan falsafah abadi yang bisa mengantarkan santri untuk mencapai apa yang mereka cita-citakan, sehingga kelak saat mereka terjun dimasyarakat akan mampu menjelajahi bagaimana berkehidupan yang baik, baik dikehidupan dunia dan baik pula dikehidupan akhirat kelak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar